Messenger
School
(MS
School)
Latarbelakang
Nyai Ahmad Dahlan (penggerak perempuan
Muhammadiyah) memiliki nama asli Siti Walidah, namanya lebih dikenal dengan
Nyai Ahmad Dahlan. Nyai Ahmad Dahlan adalah nama yang disandangnya yang
kemudian dikenal luas dan bahkan sampai saat ini ia digambarkan sebagai tokoh
wanita yang banyak berjasa dalam memperjuangkan nasib perempuan sehingga
ia disetarakan dengan tokoh-tokoh wanita lain seperti R.A Kartini. Nyai Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh gerakan perempuan Muhammadiyah
dan juga Aisyiyah. Nyai Ahmad Dahlan membuktikan bahwa sepirit Islam mampu
mendorong kemajuan kaum wanita. Pada perjuangannya ia membuktikan pada dunia
luar bahwa asumsi agama menjadi sebab keterbelakangan bagi kaum wanita adalah
tidak selamanya dibenarkan.
Hakekat
keadilan dan kesetaraan gender memang tidak bisa dilepaskan dari konteks yang
selama ini dipahami oleh masyarakat tentang peranan dan kedudukan laki-laki dan
perempuan di dalam realitas social. Gender adalah suatu konstruksi/bangunan
budaya tentang peran, fungsi dan tanggung jawab social antara laki-laki dan
perempuan. Kondisi demikian mengakibatkan kesenjangan peran social dan tanggung
jawab sehingga terjadi diskriminasi terhadap laki-laki dan perempuan. Hanya
saja bila dibandingkan, diskrimnasi terhadap perempuan kurang menguntungkan
dibanding laki-laki. Factor utama penyebab kesenjangan gender adalah tata nilai
social budaya masyarakat yang pada umumnya lebih mengutamakan laki-laki dari
pada perempuan (budaya patriarkhi).
Kesetaraan
gender mempunyai arti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-hak yang sama baik dalam bidang politik, hukum,
ekonomi, social, budaya, pendidikan, dan lain sebagainya. Kesetaraan gender
juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan structural, baik
terhadap laki-laki maupun perempuan. Dengan keadilan gender berarti tidak ada
pembakuan peran, beban ganda, dan kekerasan terhadap perempuan maupun
laki-laki. Tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki menjadi
tanda terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender, sehingga mereka memiliki
akses, kesempatan berpartisipasi dalam upaya kemajuan bangsa.
Seperti
halnya salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah
(QS. Az-Dzariyat, 56). Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki potensi dan peluang yang sama
untuk menjadi hamba ideal, yaitu dalam Al-Qur’an di istilahkan sebagai
orang-orang yang bertaqwa, dan untuk mencapai derajat takwa ini tidak dikenal
adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.
Sehingga laki-laki dan perempuan masing-masing mendapatkan penghargaan dari
Allah sesuai dengan kadar pengabdiannya (QS. An-Nahl:97). Manusia mempunyai
kedudukan yang sama sebagai khalifah di bumi untuk ber amar ma’ruf nahi
mungkar, menciptakan keadilan dan memberantas kedholiman. Dengan demikian,
kedudukan dan peran itu menjadi penting untuk mengangkat derajat perempuan
sebagaimana Rosulullah mengangkat derajat istri-istri beliau.
Peran
perempuan pun tidak terlepas dari persoalan tertentu yang tidak bisa
diselesaikan oleh laki-laki, seperti kesehatan reproduksi, isu-isu perempuan, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, perlunya ruang dialektika yang bisa memberi pengetahuan dan solusi
dari permasalahan yang dihadapi.
Pentingnya
Messenger School (MS School)
Messenger School (MS School) merupakan
istilah yang berarti penyampai pesan ‘messenger’, pesan-pesan yang berhubungan
dengan ketidakadilan gender dan misi kemanusiaan. Melalui sekolah ini
diharapkan dapat berperan sebagai pelopor atau penyampai pesan yang memberikan
pencerahan dan mencerahkan untuk sesama.
Tujuan
Terwujudnya komunikasi terkait isu-isu perempuan dan
transformasi kader di masing-masing level pimpinan.
Target
·
Kesadaran gender dan keberpihakan
terhadap isu-isu perempuan.
·
Sinergisitas IMMawati baik dalam hal
isu-isu perempuan dan gerakan gender.
·
Memiliki jiwa kepemimpinan dan
berkarakter.
Sasaran
·
MS
School ini diikuti oleh kader Ikatan baik IMMawan dan
IMMawati di masing-masing level pimpinan.
Peran
dan fungsinya
Untuk
mengoptimalkan dan meningkatkan sumber daya IMMawati dalam hal kompetensi
ideology, keilmuan, dan skill, maka perlu kiranya sekolah ini dibentuk dan
diterapkan di masing-masing level pimpinan. Oleh karena itu, peran MS School
ini adalah sebagai wahana komunikasi dan transformasi kader di masing-masing
level pimpinan. Sedangkan fungsinya adalah sebagai sekolah yang mengkaji gender
dan isu-isu perempuan di masing-masing level pimpinan.
Standar
Penguasaan Materi MS School
Tingkatan
|
Focus bahasan
|
Sasaran/target
peserta
|
Metode
|
DPP
|
·
Kapasitas konsep gerakan social-politik
perempuan,
·
Network building, dan
·
Evaluasi grand design.
|
DPD
|
MS School
Paripurna
|
DPD
|
·
Analisis ideology gender,
·
Gerakan advokasi dan pemberdayaan basis,
·
Kapasitas analisis dan advokasi kebijakan
public yang responsive gender, dan
·
Network building.
|
PC
|
MS School
Madya
|
PC
|
·
Penguatan gender awarness berbasis nilai-nilai
Islam perspektif Muhammadiyah,
·
Penguatan konsep diri, pemberdayaan basis.
|
PK
|
MS School
Dasar
|
PK
|
·
Kesadaran gender berbasis nilai-nilai Islam dan
Muhammadiyah (Gender Awarness),
·
Penguatan konsep diri.
|
Kader
Pasca DAD
|
Study Group
|
Strategi
Aksi
Jenjang
|
Strategi Aksi
|
Indikator
|
PK
|
Pembinaan kader
|
Kader terbina baik
secara ideology dan pemahaman tentang gender equality.
|
PC
|
Pemberdayaan kader
|
Keterlibatan dalam
peran-peran strategis.
|
DPD
|
Responsive gender dan gerakan politik local
|
Peka terhadap isu-isu
perempuan dan kebijakan poltik local.
|
DPP
|
Responsive gender dan
gerakan politik nasional
|
Penyikapan terhadap
isu-isu perempuan dan kebijakan politik nasional.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar