Wajah berseri pipi kemerahan
Engkau digelar Aisya Humaira
Namun bukan ingin ku bicarakan
Hingga dirimu jadi sanjungan
Tetapi merahnya dalam perjuangan
Peniup semangat suami
Khabar al kisah ku titik bermula
Telah mencalar kebahagiaan
Fitnah munafiqun tak kenal sesiapa
Insan yang mulia atau sahaya
Hatta dirimu mahar melebih
Yang setanding embun kasirin
Usah ditanyakan mengapa
Lewatnya turunnya nur itu
Bagi membuktikan kepalsuan
Tuduhan seorang pendusta
Pilihlah hikmatnya
Di sebalik tiap kejadian yang telah berlaku
Tuhan tidak akan pernah
Mempersia-sia ketabahan soerang insan
Dalam mengharungi arus kehidupan
Yang penuh lena ujian
Takkan terhidu harum mewanggi
Jika tak dinyalakan setanggi
Takkan terasa manisnya hidup
Andai tak dilambung gelora
Kau isteri sejati yang memangku nabi
Saat hujung nyawa kan pergi
Sungguh beruntungnya dikau
Punyai suami yang amat mengasihi umatnya
Dia insan yang mulia
Kau semadikannya di ruang kamarmu
Engkau digelar Aisya Humaira
Namun bukan ingin ku bicarakan
Hingga dirimu jadi sanjungan
Tetapi merahnya dalam perjuangan
Peniup semangat suami
Khabar al kisah ku titik bermula
Telah mencalar kebahagiaan
Fitnah munafiqun tak kenal sesiapa
Insan yang mulia atau sahaya
Hatta dirimu mahar melebih
Yang setanding embun kasirin
Usah ditanyakan mengapa
Lewatnya turunnya nur itu
Bagi membuktikan kepalsuan
Tuduhan seorang pendusta
Pilihlah hikmatnya
Di sebalik tiap kejadian yang telah berlaku
Tuhan tidak akan pernah
Mempersia-sia ketabahan soerang insan
Dalam mengharungi arus kehidupan
Yang penuh lena ujian
Takkan terhidu harum mewanggi
Jika tak dinyalakan setanggi
Takkan terasa manisnya hidup
Andai tak dilambung gelora
Kau isteri sejati yang memangku nabi
Saat hujung nyawa kan pergi
Sungguh beruntungnya dikau
Punyai suami yang amat mengasihi umatnya
Dia insan yang mulia
Kau semadikannya di ruang kamarmu
masih ingat lirik diatas...?
yah bencanah memang tentan sekali dialami wanita bahkan seorang istri Nabi sekalipun... mari kita simak apa yang ditulis sahabat kita tentang fitnah wanita...
Semua perasaan condong padanya, perbuatan harampun terjadi
karenanya. Mengundang terjadinya pembunuhan, permusuhan pun disebabkan
karenanya. Sekurang-kurangnya ia sebagai insan yang disukai di dunia. Kerusakan
mana yang lebih besar daripada ini?
Begitulah Al Imam Al Mubarokfuri -rahimahullah- menjelaskan tentang bentuk bahaya fitnah wanita dalam Al Tuhfah Al Ahwadzi 8/53.
Begitulah Al Imam Al Mubarokfuri -rahimahullah- menjelaskan tentang bentuk bahaya fitnah wanita dalam Al Tuhfah Al Ahwadzi 8/53.
Kaum muslimin rahimakumullah, jauh sebelumnya Allah menyatakan bahwa fitnah yang paling besar adalah wanita, bahkan ia sebagai sumber syahwat. Allah berfirman: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita�" (Q.S. Ali Imran: 14).
Rasulullah memberikan peringatan dari fitnahnya sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sahih Muslim dari sahabat Abu Said Al Khudri, beliau bersabda: "Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Isroil adalah wanita"
Pada riwayat lain dalam Shahih Muslim dari sahabat Jabir, Rasulullah mengisyaratkan dengan sabdanya: "Sesungguhnya wanita menghadap dalam bentuk syaitan, dan membelakang dalam bentuk syaitan."
Kaum Muslimin rahimakumullah, demikianlah memang agama Allah datang untuk mengatur semua urusan manusia, membimbing para pemeluknya kepada yang membuat maslahat dan menjaga kepada apa yang akan menjerumuskannya kepada kemudharatan, sehingga kita mendapatkan Allah memperingatkan dari ajakan-ajakan syaitan. Allah berfirman: "Wahai bani Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaiman ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (Q.S. Al A'raaf: 27).
Para wanita menyerupai syaitan karena ia sebagai penyebab timbulnya fitnah bagi laki-laki seperti pernyataan Rasulullah di atas. Oleh karena itu hendaklah para wanita bertaqwa kepada Allah denga menjaga dirinya dan menjaga kaum lelaki dari fitnah yang ditimbulkan karenanya. Ketahuilah bahwa Islam telah datang dengan menjelaskan kedudukan para wanita. Di antara yang menunjukkan hal itu adalah:
1.
Persamaan dalam hal penciptaaan dengan laki-laki. Allah berfirnan:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Q.S. Ar Ruum:
21).
2.
Persamaan dalam mendapatkan pahala atas amal sholih. Allah
berfirman: "Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal diantara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah turunan sebagian yang lain�"
(Q.S. Ali Imron: 195). Allah juga berfirman: "Barang siapa yang
mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik �"(Q.S.
An Nahl: 97).
3.
Persamaan dalam hal hak mendapatkan warisan, sekalipun hak warisan
laki-laki lebih darinya, ini hanyalah hikmah yang terkandung di dalamnya.
Berkata Al Imam As Syinqithi dalam Adwa'ul Bayan 1/308 pada firman Allah:
"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu,
yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua anak perempuan�"
(Q.S An Nisa: 11). Allah tidak menjelaskan dalam ayat ini hikmah dilebihkannya
laki-laki atas perempuan dalam hal warisan, padahal keduanya sama dalam hal
kekerabatan. Akan tetapi Allah isyaratkan yang demikian itu di tempat lain,
yaitu firmanNya: "Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta-harta mereka� " (Q.S. An Nisa: 34).
4.
Hak untuk mendapatkan
perlakuan dan pergaulan yang baik. Allah berfirman: "Apabila kamu mentalak
istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka
dengan cara yang ma'ruf atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf pula.
Janganlah kamu merujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan
demikian kamu menganiaya mereka�" (Q.S. Al Baqoroh : 231).
Allah juga berfirman: "�Dan bergaullah dengan mereka
secara patut �" (Q.S. An Nisa: 19).
Masih Banyak keterangan-keterangan tentang kedudukan wanita yang
bersangkutan dengan hak-haknya dan kewajibannya. Yang ini semua menunjukkan
betapa besar perhatian Islam terhadap kaum wanita, bahkan Allah mengkhususkan
khitob untuknya dalam beberapa ayat dalam Al Quran. Sesungguhnya ini adalah
rahmat Allah untuk mereka, Allah menjaga mereka dengan syariatNya dan
mensucikan mereka dari kotoran-kotoran jahiliyah.
Dengan demikian maka Allah dan RasulNya memerintahkan kepada kaum wanita untuk menjauhi perkara-perkara yang akan menyebabkan timbulnya fitnah bagi kaum laki-laki.
Dengan demikian maka Allah dan RasulNya memerintahkan kepada kaum wanita untuk menjauhi perkara-perkara yang akan menyebabkan timbulnya fitnah bagi kaum laki-laki.
Pertama: Syariat memerintahkan wanita untuk tinggal di rumahnya. Allah berfirman: "Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian�" (Q.S. Al Ahzab: 33).
Sama sekali ini tidak berarti dholim terhadap wanita, atau penjara, ataupun mengurangi kebebasannya. Allah lebih mengetahui kemaslahatan hambaNya. Sesungguhnya dengan tinggalnya para wanita di rumah-rumahnya maka ia dapat mengurusi urusan rumahnya, menunaikan hak-hak suaminya, mendidik anaknya dan memperbanyak melakukan hal-hal baik lainnya. Adapun keluar rumah maka hukum asalnya adalah mubah, kecuali jika dalam bermaksiat kepada Allah, maka hukumnya haram.
Kedua:
Syariat melarang mereka bertabaruj, yaitu berhias di hadapan selain mahramnya.
Allah berfirman: "�dan janganlah kalian berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu�"
(QS Al Ahzab: 33).
Ketiga:
Mereka dilarang berbicara dengan suara yang mendayu-dayu yang dapat mengundang
fitnah. Allah berfirman: "�Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik." (Q.S. Al Ahzab: 32).
Keempat: Mereka dilarang keluar rumah dengan memakai wangi-wangian. Rasulullah bersabda: "Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian kemudian lewat di suatu kaum supaya mereka mendapatkan bau harumnya, maka ia telah berzina." (HR Ahmad dari Sahabat Abu Musa Al Asy'ari). Bahkan dalam riwayat Muslim dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Wanita mana saja yang memakai bukhur (sejenis wangi-wangian) tidak diperkenankan untuk sholat Isya di malam hari bersama kami." Tidak diragukan lagi bahwa sholat berjamaah memiliki keutamaan 27 derajat atas sholat sendirian. Walau demikian Rasulullah melarang para wanita untuk sholat Isya jika memakai wangi-wangian, menjaga supaya tidak terjadi fitnah.
Kelima: Mereka dilarang untuk berdua-duaan dengan lelaki yang bukan mahramnya, demikian pula sebaliknya. Rasulullah bersabda: "Tidak boleh seorang laki-laki berkhalwat (menyendiri, berduaan) dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya." (HR Muttafaq alaihi dari Sahabat Ibnu Abbas).
Maka wajib atas kaum wanita menjaga kehormatannya, dan janganlah
membalas nikmat Allah dengan kekufuran,
wal iyyadzubillah. Seyogyanya bagi seorang muslim atau muslimah untuk tidak
memiliki pendapat atau kebebasan setelah tetap hukum Allah dan RasulNya. Karena
sesungguhnya Islam tidak akan tegak pada diri seseorang kecuali dengan tunduk
dan patuh. Allah berfirman: "Dan tidak patut bagi laki-laki mukmin dan tidak
pula bagi wanita mukminah, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu
ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan
barang siapa yang mendurhakai Allah da RasulNya maka sungguh dia telah sesat,
sesat yang nyata." (Q.S. Al Ahzab: 36).
Wal ilmu indalloh.
Wal ilmu indalloh.
Belajardan terus belajar J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar